Memasuki ruang sederhana
Berhenti sejenak di dua daun pintu sebelum menerus langkah
Setelah bertahun-tahun tidur tanpa iman
Berdoa dengan tertunduk, sungguh-sungguh
Begini isi hatinya, terekam di udara menuju Sang Perealita
“Ya Tuhan, aku bersedia menjadi makhlukmu yang akan berjalan di jalan-jalanmu, jalan-jalan duri bahkan jalan-jalan berbentuk terowongan gelap tanpa ujung kendali. Tak ada belokan yang membelokkanku. Kakiku lumpuh jika itu terjadi, aku janji di detik pertama. Inginku, luluskan aku, mudahkan pensilku menggurat takdir, dan buat pengawas pergi sementara, selama-selamanya juga tidak apa-apa.”
Oksigen jijik mendengarnya
Matahari ingin muntah lahar
Tapi Tuhan hanya tersenyum saja
Mengangguk mafhum
Saatnya berkelakar dengan siswa tolol, lembu dicocok hidung
Kertas soal merambat perlahan
Tapi waktu tertawa keras ingin berlari, niatnya satu, meninggalkan yang payah di tempayan sesal
Cepat, mematikan, mencekik yang tidak siap
Lingkaran putih menjadi legam ganjil
Ruangan sepi
Tuhan menunggu tepatnya saat
Si siswa menoleh kanan, bergeser kiri
Mematuk depan, berbelok belakang
Nomor lima dari Si Cantik
Nomor dua puluh sembilan mengintip Si Cupu
Nomor terakhir mengikuti wangsit diri
Selesai.
Akhir tahun ia mati digantung kecewa
Meregang nyawa di depan emaknya
Direnggut malu yang memalukan
Sudah barang tentu ia tak lulus
Dan kakinya mati rasa
Rasakan!!!
Rosandra-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar