Lastri ..
Kesederhanaanmu,
Berayun menampar
kewarasan.
Sajak-sajak
pertama hanyalah cinta.
Bebatuan nyala
pada kelam matamu
Mengirimkan
nirwana
Sajak kedua adalah
tergila-gila…
Lastriku ..
Madu, manis manja
Kau sekat aku tanpa terlihat
Seakan balutan kasih yang direnda di tengah malam
Seperti bukan manusia
Kau
Luar biasa
Bidadari dalam jiwa
Lastriku sang
senja..
Mengisi lumbung
dengan padi di tangan
Hanya demi aku
senang
Menarik kelambu
sutra
Mengajakku
bertandang, menghilangkan kekosongan.
Di balik parasmu, senyum
tak pernah pudar
Di antara janjimu,
selalu namaku yang kau tutur
Lastriku sang senja di musim panen..
Aku memang sudah gila
Karena Lastri, surya merayap gelap
Karena Lastri, angkara turun dan tak ada
Tetapi,
Kau cepat
menghabis napas
Terlalu cepat kau
menutup matamu yang selalu mengiris hariku
Mengisinya dengan
debar menakjubkan
Mendudukkannya
pada singgasana raja
Lastriku sang senja di musim panen
pertama..
Aku pun tertawa pada pagi setelah itu
Menangis darah nanah pada senjamu di hari
yang sama
Tertatih ingin menyusulmu
Tapi tanganku jadi mati
Kakiku berhenti
Mataku tak nyala lagi
Lastriku sang
senja di musim panen pertama dan kedua..
Mungkin aku memang
tak punya daya
Tak ada cintamu
aku melalang pada imaji liar, yang ingin aku akhiri sendiri.
Dan apa?
Hanyalah cinta
Pada penghuni
nirwana
Lastriku sang
senja di musim panen pertama dan kedua dan seterusnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar